Tanya Jawab Seputar kesesatan LDII 1942
Berbedakah Cara Ibadah Warga LDII dengan Umat Islam Lainnya ??
Ibadah Orang Islam
Jawabnya TIDAK .. !!
Rukun Islam ada 5, satu di antaranya shalat. Sedangkan dalam shalat ada 13 rukun dimulai Takbiratul Ihram hingga Salam. Dalam shalat wajib 5 waktu, warga LDII juga melaksanakan 13 rukun yang diwajibkan.
Memang sedikit terjadi perbedaan dalam shalat. Itu pun hanya “fur’iyyah” yang tidak perlu didiskusikan.Yakni, mereka tidak “menzaharkan” membaca Bismillah, tetapi hanya “mensirkan” serta tidak membaca doa qunut pada Shalat Shubuh, tetapi mereka tetap mengangkat tangan ketika KH Zulfiqar Hajar memimpin doa usai taushiyah.
Dari perjalanan “Muhibbah Tabayyun” ke 2 Ponpes LDII di Ponpes Wali Barokah Kediri dan Ponpes Gadingmangu di Jombang tidak terlihat sama sekali penyimpangan dalam shalat. Santri-santriwati yang berjumlah 2.000an di setiap Ponpes secara khusyu’ mengikuti setiap prosesing dalam shalat tersebut. Bahkan, imam dalam shalat tersebut hafiz Alquran lulusan Mekkah (Arab Saudi).
Ada keistimewaan kedua Ponpes itu yang (mungkin) tidak dipunyai Ponpes-ponpes milik Ormas Islam lainnya. Yakni, para santri-santriwati membaca Alquran setelah shalat sunnah (rawatib) pada setiap shalat wajib hingga muazzin mengumandangkan qomat.
Selain itu, mereka setiap malam melaksanakan “Shalat Malam” (Shalat Tahajjud) dimulai pukul 02.00-03.00 WIB serta senantiasa mengucapkan “Shallallahu alaihi wasallam” ketika pentaushiyah mengajak bershalawat kepada Rasulullah SAW.
Dalam bidang kebersihan, seharusnya umat Islam mau belajar dengan LDII. Sebab, LDII benar-benar mengamalkan Hadits Nabi Muhammad SAW yang berbunyi “ “Annazhofatu minal iman” (kebersihan itu bagian dari iman).
Rombongan ulama termasuk wartawan Skala menyaksikan secara langsung, bagaimana kebersihan itu harus senantiasa dijaga. Tidak saja kamar tidur yang bersih dan teratur, bahkan kamar mandi juga sangat bersih dengan nenyediakan sandal/selop serta ada “batasan suci”, sehingga sandal/selop tidak boleh berada di tempat “batasan suci” serta lantai dalam dan luar setiap gedung senantiasa tetap bersih.
Satu hal sangat mengagumkan, usai shalat wajib, rombongan ulama menyaksikan sepatu dan sandal/selop tersusun rapi di anak tangga masjid dalam posisi siap pakai.
Begitu juga kebersihan anak dan pegangan tangga serta lantai yang berada di menara agung Masjid Baitul A’la di Ponpes Wali Barokah Kediri setinggi 99 meter atau 23 lantai (Asmaul Husna) yang di kubahnya terdapat 60 Kg emas murni sangat bersih. Ini terbukti tidak berdebu. Begitu juga lantainya, sehingga rombongan ulama Medan yang naik hingga ke puncak menara tidak merasakan adanya kotoran di tangan dan kaki, karena rombongan hanya “berkaki ayam”.
Selain senantiasa menjaga kebersihan, warga LDII juga sangat disiplin, rukun, kompak dan sangat memuliakan tamu yang berkunjung dengan memberikan fasilitas sangat memadai. Mereka benar-benar mengamalkan Hadits Rasulullah SAW yang maknanya :”Siapa-siapa yang berman kepada Allah dan Hari Akhirat, maka hendaklah dia memuliakan tamu”.
Jadi, tidak mengherankan tetamu datang dari berbagai penjuru nusantara. Tidak saja dari seputaran Pulau Jawa saja, tetapi juga dari pula-pulau lain beragam provinsi da kabupaten/kota datang “bertabayyun” ke dua Ponpes LDII itu.
Dalam pengajaran, para santri-santriwati tidak “alergi” dengan pentaushiyah dari luar LDII. Seperti taushiyah disampaikan KH Amiruddin MS dan Drs H Amhar Nasution MA usai Shalat Shubuh dan Zuhur. Ini artinya, warga LDII sudah bersifat terbuka tidak eksklusif sebagaimana yang terjadi pada paradigma lama. Namun, dengan paradigma baru, mereka lebih terbuka lagi kepada masyarakat umum.
Paradigma baru ini bukan dalam perbaharuan akidah. Mereka tetap mengakui Allah sebagai Tuhan Yang Mahaesa dan Nabi Muhammad bin Abdullah SAW sebagai Rasul dan utusan Allah, berpegang teguh kepada Alquran dan Sunnah Rasulullah SAW (Hadits) serta patuh kepada pemimpin dan ulama.
Dalam bidang sosial-kemasyarakatan, baik sebagai tuan rumah maupun peserta, warga LDII ikut aktif. Seperti kegiatan-kegiatan ilmiah dan keagamaan semisal MTQ dan berbagai pelatihan kepemimpinan serta kegiatan lain berupa khitanan massal, penghijauan dan gotong-royong. (HA Ramadhan)
TAUSHIYAH: Ribuan santri-santriwati Ponpes Wali Barokah LDII Kediri terlihat serius dan khusyu’ mendengarkan tauhsiyah Buya KH Amiruddin MS usai Shalat Subuh di Masjid Baitul A’la Ponpes itu, Selasa (14/6). (Foto: Skala/Ramadhan)
ASMAUL HUSNA: Menara Masjid Baitul A’la Ponpes Wali Barokah Kediri mendapatkan julukan menara “Asmaul Husna”, karena berketinggian 99 M dengan 23 lantai. (Foto: Skala/Ramadhan)
sumber ; http://ldiisurabaya.org/
https://twitter.com/Rio_BSC
Post a Comment